Kamis, 17 Januari 2013

Pangeran Impian Jojo



Siang itu kelas terlihat gaduh, karena guru yang mengajar siang ini berhalangan hadir. Di sudut kelas terlihat seorang gadis sedang tertidur pulas, tanpa menghiraukan kondisi kelasnya yang gaduh. Ia lah, Joshepin. Di depannya ada dua orang teman sekelas Jojo-panggilan akrab gadis itu-, sedang asik membicarakannya. “Hei, lihat. Jojo pasti sedang memimpikan Alfa tuh.” Ucap Mia, salah satu dari kedua teman sekelas Jojo.
            “Tau dari mana kamu?” Gita bertanya.
            “Taulah. Kan tipe cowok idaman si Jojo itu yang dingin dan misterius kayak si Alfa itu.” jawab Mia, lalu keduanya menertawakan teman mereka itu.
            Dari luar kelas tiba-tiba Kevin berteriak dan mengagetkan seisi kelas, termasuk juga Jojo yang langsung terbangun. “Hei, Alfa baru saja menolak cinta Dara.” Ini sudah kali kelima di tahun ini ada kabar penolakan dari sang pangeran es –Alfa-. “Dara yang model majalah itu?” tanya Nuno teman sekelas Jojo dan juga Alfa.
            “WAA...AAAH..!!!” sontak seisi kelas takjub mendengar berita itu. Termasuk juga Jojo yang dari awal masuk sekolah ini sudah mengidolakan Alfa. Nyalinya semakin menciut setelah mendengar kabar itu. Seorang model, yang sudah pasti cantik dan modis saja bisa di tolak cintanya oleh Alfa. Bagaimana dengan dirinya yang hanya seorang cewek biasa, yang tidak terkenal juga.
            Jojo mendengus lesu, teman-temannya –Mia dan Gita- langsung memandangi Jojo. “Jangan patah semangat, Jo. Kita yakin masih ada jalan buat kamu deketin Alfa. Lagipula, kamu kan juga satu kelas dengan Alfa. Beda kan kalo sama si Dara itu.” ucap Gita.
            “Aduh... kalian nih apa-apaan sih. Aku nggak suka kok sama Alfa. Mohon kalian jangan salah paham” ucap Jojo berbohong. Dari ucapan Jojo tadi, teman-temannya tak lantas percaya begitu saja. Mereka masih yakin bahwa Jojo memang menyukai sang pangeran es itu.
{ { {           
            Pagi itu tidak seperti biasanya Jojo terlambat bangun dan kesiangan. Dia juga sudah ditinggal oleh kakaknya. Terpaksa ia harus naik bus ke sekolah. Ada bus terakhir sebelum ia nanti bisa terlambat, dan di dalam bus itu sudah penuh. Tapi apa boleh buat, dari pada nanti dirinya terlambat. Lebih baik tersiksa sebentar di dalam bus, akhirnya Jojo memutuskan untuk naik.
            Jojo menerobos masuk ke dalam bus tersebut, tak disangkanya Alfa juga berada di dalam bus itu, dan sekarang sedang berdiri di depan Jojo. Alfa menatap Jojo lekat, jarak mereka hanya beberapa sentimeter saja karena bus penuh sesak. Jojo hanya diam dan pura-pura tidak tahu bahwa ada Alfa di depannya.
            “Pagi, Jo. Sering naik bus?” tiba-tiba Alfa bertanya pada Jojo. Jojo tak menyangka bahwa Alfa mengenal dirinya. Jojo tak langsung menjawab, dirinya masih takjub mendengar Alfa bertanya demikian.
            “Ah, nggak. Aku jarang naik bus, paling kalo kesiangan baru naik bus.” Jawab Jojo. Di depannya Alfa tersenyum mendengar jawaban Jojo. “Wah, sama dong. Aku juga jarang naik bus, tadi saja sebenarnya aku naik motor. Tapi ban nya bocor, jadi tadi aku titipin ke bengkel sepupu aku dulu.” Jojo masih tak menyangka kalau pagi ini ia bertemu dan mengobrol dengan Alfa. Cowok ini, yang biasanya terlihat dingin di depan cewek-cewek, sekarang banyak bicara di depannya. “Nggak nyangka, Jo, di bus malah bisa ketemu sama kamu.” Ucap Alfa lagi sembari tersenyum, yang juga memperlihatkan lesung pipi cowok itu.
            ‘Alfa memang tidak seperti yang Mia, Gita, dan teman-teman lain bilang. Aku jadi semakin suka.’
            Sampai di sekolah, Alfa masih sempat tersenyum pada Jojo sebelum kemudian ia pergi bersama teman-temannya.
            “Ciieee... Kok Alfa bisa tiba-tiba senyum sama kamu, Jo?” Tiba-tiba dari arah belakang Mia dan Gita mengagetkan Jojo yang sedang berbunga hatinya.
            “Ihh... Apaan sih kalian?! Biasa aja kok, bukan sama aku tuh senyumnya,” sangkal Jojo.
            Siangnya di perpustakaan Jojo sedang asik membaca buku, tiba-tiba Alfa langsung duduk di depannya. Alfa memberikan sesobek kertas, yang di dalamnya tertulis :

‘Aku mau ngomong sebentar, bisa kita pidah dari sini?’

            Jojo menengok ke Alfa, dan sesaat kemudian mengangguk. Mereka pindah ke bangku yang letaknya agak di pojok perpustakaan dan disana memang sedikit sepi. “Ada apa?” tanya Jojo lirih.
            “Begini, aku punya dua tiket ke taman bermain akhir minggu ini. Dan aku bingung mau mengajak siapa? Kakakku sudah ada janji dengan temannya. Bagaimana dengan kamu?” Alfa menjelaskan, bahwa dirinya ingin mengajak Jojo untuk pergi dengannya.
            Jojo terkejut mendengar Alfa malah mengajaknya, ‘kok Alfa malah ngajakin aku ya? Kenapa nggak cewek-cewek yang pernah deketin dia?’ . Karena masih bingung memikirkan mau menerima ajakan Alfa itu atau tidak, akhirnya Jojo hanya diam.
            “Kamu tidak bisa pergi ya, Jo?” tanya Alfa lagi untuk memastikan.
            “Ah... maaf. Aku bisa kok, memang jam berapa kita mau pergi?” ucap Jojo.
            “Syukurlah, kalo kamu memang bisa. Aku pikir, kamu akan menolak ajakanku ini. Mungkin kita pergi sekitar jam 10 pagi. Nanti aku jemput ke rumah kamu, bagaimana?”
            “Iya. Aku bisa. Lho, memangnya kamu tahu rumahku?” tanya Jojo.
            Alfa mengangguk, “ taulah. Bukannya rumah kita hanya beda 1blok ya?”
            ‘Wah, dia tau. Memang benar rumahnya dengan rumahku hanya beda 1blok saja.’  “Oh, ku pikir kamu tidak tahu, makanya aku bertanya seperti itu.” jawab Jojo.
To be continued....